Ketika rasa mulai membuncah,
dan pemikiran tak lagi sealur dengan hati. Awalnya dunia terasa indah dan
lengkap, tiba-tiba terasa kurang tanpa hadirnya. Tanpa kata dia hadir, tanpa
jeda dia selalu memenuhi benak, tanpa sadar dia tak pernah beri kepastian.
Apapun dilakukan untuk mendapatkannya, termasuk melanggar syariat. Semua itu dilakukan
atas nama CINTA.
Cinta? Satu kata berjuta rasa,
berujung lara bila tak halal, berujung surga jika dengan ridho-Nya. Jika kau
tak mau lara meliputimu, maka biarkanlah rasa itu bersemayam hingga kau siap
melengkapi separuh imanmu (menikah). Jangan kau jadikan dia sebagai alasan
untuk bermaksiat kepada Alloh, dimana ketika kau bermaksiat kepada Alloh merasa
senang dan bahagia meskipun hati kecilmu memberontak, lalu ketika musibah
datang engkau menyalahkan-Nya seakan-akan dirimulah yang paling menderita di
dunia padahal musibah itu datang karena ulahmu sendiri. Sungguh ironis sekali.
Zaman dimana single/jomblo itu kuno, dan yang pacaran wajar. Nikah muda untuk
menghindari fitnah jadi bahan omongan dan banyak yang hamil diuar nikah, konon
katanya buat hadiah pernikahan. Inilah
kerusakan moral dan akhlak yang menyerang pemuda zaman sekarang.
Moral dan akhlak bahkan iman bisa rusak, dari hal-hal yang kita anggap
sepele pada mulanya. Lihat saja fenomena disetiap bulan febuari yang dirayakan
kalangan muda-mudi. Apakah itu? Yups
... itulah Valentine Day. Banyak dari mereka yang tak tahu menahu asal
usulnya dan hanya mengikuti kebiasaan orang terdahulunya atau hanya sekedar
ingin terlihat gaul. Mari kita bahas sekilas asal usul Valentine Day.
Valentine day berasal dari perayaan
pagan Lupercalia yang aktifitas utamanya adalah seks massal. Perayaan Lupercalia
adalah kebudayaan pagan Romawi untuk memuja Lupercus sang Dewa Kesuburan dan
Hera Dewi Pernikahan. Festival tersebut berlangsung setiap tahun pada 13 – 18
Februari. Pada puncak acaranya, laki-laki dan wanita yang mengikuti acara tersebut
dipasang-pasangkan kemudian masing-masing pasangan bercinta semalam suntuk.
Selain itu, mereka juga meneguk minuman keras hingga mabuk. Paus Gelasius,
mengesahkan perayaan ini menjadi hari raya gereja pada tahun 496 Masehi. Karena
tak sanggup menghapuskan tradisi pagan ini. Namanya pun diubah dari Lupercalian
Festival menjadi Valentine Day sembari dikarang sebuah cerita St. Valentinus
yang mati demi cinta. Pada tahun 1969, gereja melarang Valentine Day karena
diketahui sebagai pembenaran Lupercalian Festival.
Tetapi larangan itu terlambat karena
cerita St. Valentinus telah mengakar dalam benak kaum kristiani. Parahnya lagi,
kini sebagian remaja muslim juga termakan propaganda Valentine sebagai hari
kasih sayang. Kendati dinamakan hari kasih sayang, tetap saja Valentine Day
tidak bisa lepas dari seks bebas. Di Amerika Serikat, 14 Februari diperingati
sebagai Nation Condom Week karena sadar pada hari itu banyak terjadi hubungan
haram tersebut. Di Indonesia, beberapa tahun juga menjadi berita penjualan
kondom meningkat tajam saat hari valentine. Na’udzubillah. [Ibnu
K/bersamadakwah]
Begitu miris, ketika kita tau asal
usul Valentine. Moral, akhlak bahkan iman kita rusak karena suatu perayaan yang
tidak pernah diajarkan oleh agama Islam. Banyak dari kita yang terlena oleh
kenikmatan sesaat dan berujung
penyesalaan yang berkepanjangan pada akhirnya. Jika benar hari kasih
sayang mengapa hanya sehari? Dan dilakukan oleh sepasang kekasih saja? Padahal,
dari sejak di kandungan hingga sekarang, kita dapat kasih sayang melimpah
setiap hari bahkan detik tercurahkan untuk kita. Mohon direnungkan kembali,
orang yang paling berhak akan kasih
sayang kita adalah orang tua bukan si Doi yang hanya bermodalkan kata-kata
gombalan. Mulai detik ini, marilah kita curahkan kasih sayang kita setiap hari
kepada orang tua dan orang-orang yang berjasa disekitar kita.
Semoga jadi bahan renungan dan untuk kehati-hatian kita semua, kerana
bisa saja kita terjerumus keranah yang salah. Mintalah petunjuk dan keteguhan
hati kepada Alloh ta’ala, karena Allohlah yang membolak-balikan hati hamba-Nya,
“Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik.” (HR.Tirmidzi 3522, Ahmad
4/302, Al-Hakim 1/525, lihat Sohih Sunan Tirmidzi III no.2792). Mari kita ubah
pola pikir kita, dengan menjadi pemuda yang berkarya dan produktif untuk umat.
Bukan hanya sekedar dibaca mari kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena,
tanpa sadar hal sepele yang dianggap tidak berguna namun bisa memberi efek yang
luar biasa, lihat saja valentine. Yang kita anggap hanya memberi coklat atau
bunga ternyata bisa merusak moral, akhlaq bahkan iman.
Untuk para pemuda, jika kau belum siap berkotmitmen maka jangan pernah
kau mendekat atau sekedar untuk pacaran. Simpanlah hati mu sampai kau siap,
sejatinya jodoh itu datang tepat waktu tidak cepat maupun lambat. Jika sekarang
masih ada hubungan maka selesaikanlah dengan baik, bisa jadi yang saat ini
bersamamu bukan jodohmu melainkan jodoh orang lain. Biarlah cinta ini fitroh
yang tau hanya diri kita dan Alloh, dekati sang pemilik hati. Maka Alloh akan
mempermudah urusan hamba-Nya.
Belajarlah dari kisah Nabi Muhammad SAW
kepada Khodijah RA, atau menyembunyikan perasaan seperti Ali dan
Fatimah, atau seperti ummu sulaim dan talhah yang maharnya
adalah keimanan suaminya, sungguh indah bukan? Karena cinta tak perlu
dikatakan, tapi membutuhkan keridhoan-Nya.
Semoga dengan tulisan ini, menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita
semuaa. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya ilmu
penulis, wallohua’lam bishowab.
(Alma Nabella SK, Alumni PP Muwahidun Angkatan 07)
0 komentar:
Posting Komentar