WHAT'S NEW?
Loading...

Menyalah Artikan Sebuah Rasa

Menyalah Artikan Sebuah Rasa


Ketika rasa mulai membuncah, dan pemikiran tak lagi sealur dengan hati. Awalnya dunia terasa indah dan lengkap, tiba-tiba terasa kurang tanpa hadirnya. Tanpa kata dia hadir, tanpa jeda dia selalu memenuhi benak, tanpa sadar dia tak pernah beri kepastian. Apapun dilakukan untuk mendapatkannya, termasuk melanggar syariat. Semua itu dilakukan atas nama CINTA.
Cinta? Satu kata berjuta rasa, berujung lara bila tak halal, berujung surga jika dengan ridho-Nya. Jika kau tak mau lara meliputimu, maka biarkanlah rasa itu bersemayam hingga kau siap melengkapi separuh imanmu (menikah). Jangan kau jadikan dia sebagai alasan untuk bermaksiat kepada Alloh, dimana ketika kau bermaksiat kepada Alloh merasa senang dan bahagia meskipun hati kecilmu memberontak, lalu ketika musibah datang engkau menyalahkan-Nya seakan-akan dirimulah yang paling menderita di dunia padahal musibah itu datang karena ulahmu sendiri. Sungguh ironis sekali. Zaman dimana single/jomblo itu kuno, dan yang pacaran wajar. Nikah muda untuk menghindari fitnah jadi bahan omongan dan banyak yang hamil diuar nikah, konon katanya buat hadiah pernikahan. Inilah  kerusakan moral dan akhlak yang menyerang pemuda zaman sekarang.
Moral dan akhlak bahkan iman bisa rusak, dari hal-hal yang kita anggap sepele pada mulanya. Lihat saja fenomena disetiap bulan febuari yang dirayakan kalangan muda-mudi. Apakah itu?  Yups ... itulah Valentine Day. Banyak dari mereka yang tak tahu menahu asal usulnya dan hanya mengikuti kebiasaan orang terdahulunya atau hanya sekedar ingin terlihat gaul. Mari kita bahas sekilas asal usul Valentine Day.
Valentine day berasal dari perayaan pagan Lupercalia yang aktifitas utamanya adalah seks massal. Perayaan Lupercalia adalah kebudayaan pagan Romawi untuk memuja Lupercus sang Dewa Kesuburan dan Hera Dewi Pernikahan. Festival tersebut berlangsung setiap tahun pada 13 – 18 Februari. Pada puncak acaranya, laki-laki dan wanita yang mengikuti acara tersebut dipasang-pasangkan kemudian masing-masing pasangan bercinta semalam suntuk. Selain itu, mereka juga meneguk minuman keras hingga mabuk. Paus Gelasius, mengesahkan perayaan ini menjadi hari raya gereja pada tahun 496 Masehi. Karena tak sanggup menghapuskan tradisi pagan ini. Namanya pun diubah dari Lupercalian Festival menjadi Valentine Day sembari dikarang sebuah cerita St. Valentinus yang mati demi cinta. Pada tahun 1969, gereja melarang Valentine Day karena diketahui sebagai pembenaran Lupercalian Festival. 
Tetapi larangan itu terlambat karena cerita St. Valentinus telah mengakar dalam benak kaum kristiani. Parahnya lagi, kini sebagian remaja muslim juga termakan propaganda Valentine sebagai hari kasih sayang. Kendati dinamakan hari kasih sayang, tetap saja Valentine Day tidak bisa lepas dari seks bebas. Di Amerika Serikat, 14 Februari diperingati sebagai Nation Condom Week karena sadar pada hari itu banyak terjadi hubungan haram tersebut. Di Indonesia, beberapa tahun juga menjadi berita penjualan kondom meningkat tajam saat hari valentine. Na’udzubillah. [Ibnu K/bersamadakwah]
Begitu miris, ketika kita tau asal usul Valentine. Moral, akhlak bahkan iman kita rusak karena suatu perayaan yang tidak pernah diajarkan oleh agama Islam. Banyak dari kita yang terlena oleh kenikmatan sesaat dan berujung  penyesalaan yang berkepanjangan pada akhirnya. Jika benar hari kasih sayang mengapa hanya sehari? Dan dilakukan oleh sepasang kekasih saja? Padahal, dari sejak di kandungan hingga sekarang, kita dapat kasih sayang melimpah setiap hari bahkan detik tercurahkan untuk kita. Mohon direnungkan kembali, orang yang  paling berhak akan kasih sayang kita adalah orang tua bukan si Doi yang hanya bermodalkan kata-kata gombalan. Mulai detik ini, marilah kita curahkan kasih sayang kita setiap hari kepada orang tua dan orang-orang yang berjasa disekitar kita.
Semoga jadi bahan renungan  dan untuk kehati-hatian kita semua, kerana bisa saja kita terjerumus keranah yang salah. Mintalah petunjuk dan keteguhan hati kepada Alloh ta’ala, karena Allohlah yang membolak-balikan hati hamba-Nya, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik.” (HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, Al-Hakim 1/525, lihat Sohih Sunan Tirmidzi III no.2792). Mari kita ubah pola pikir kita, dengan menjadi pemuda yang berkarya dan produktif untuk umat. Bukan hanya sekedar dibaca mari kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena, tanpa sadar hal sepele yang dianggap tidak berguna namun bisa memberi efek yang luar biasa, lihat saja valentine. Yang kita anggap hanya memberi coklat atau bunga ternyata bisa merusak moral, akhlaq bahkan iman. 
            Untuk para pemuda, jika kau belum siap berkotmitmen maka jangan pernah kau mendekat atau sekedar untuk pacaran. Simpanlah hati mu sampai kau siap, sejatinya jodoh itu datang tepat waktu tidak cepat maupun lambat. Jika sekarang masih ada hubungan maka selesaikanlah dengan baik, bisa jadi yang saat ini bersamamu bukan jodohmu melainkan jodoh orang lain. Biarlah cinta ini fitroh yang tau hanya diri kita dan Alloh, dekati sang pemilik hati. Maka Alloh akan mempermudah urusan  hamba-Nya. 
             Belajarlah dari kisah Nabi Muhammad SAW  kepada Khodijah RA, atau menyembunyikan perasaan seperti Ali dan Fatimah, atau seperti ummu sulaim dan talhah yang maharnya
adalah keimanan suaminya, sungguh indah bukan? Karena cinta tak perlu dikatakan, tapi membutuhkan keridhoan-Nya.
Semoga dengan tulisan ini, menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semuaa. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya ilmu penulis, wallohua’lam bishowab.

(Alma Nabella SK, Alumni PP Muwahidun Angkatan 07)












0 komentar:

Posting Komentar