Sekolah adalah tempat asik penuh suka dan cita. Belajar berbagai
hal menarik, bahkan menggali potensi diri untuk menjadi lebih berarti. Sehingga
menentukan pilihan sekolah menjadi hal penting dalam kehidupan, terutama
para orang tua. Maka tak jarang puluhan
brosur, website bahkan sekolahan dikunjungi untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai fasilitas dan sistem pendidikan yang berjalan dalam satu lembaga
pendidikan (sekolah). Namun ternyata banyak pula
orang tua yang memiliki pandangan jauh ke depan sehingga memasukkan anaknya ke
sekolah yang mampu menjadi batu loncatan yang mudah untuk meneruskan ke jenjang
yang lebih tinggi. Bahkan akhirnya suatu lembaga pendidikan (sekolah) menjadikan alumninya sebagai barang komoditi. Mencantumkan
segala nama lulusan yang berhasil mendapat
beasiswa di universitas unggulan, bahkan beasiswa ke luar negeri.
Memanglah benar alumni yang berprestasi dan memiliki kompetensi yang
mumpuni dapat memainkan fungsi penting dalam membangun opini publik untuk menarik
minat calon siswa baru. Dan secara logika hal ini
pun dibenarkan, karena apabila alumni dari satu lembaga pendidikan memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi dalam mendapatkan beasiswa di universitas
unggulan, besiswa pemerintah, bahkan beasiswa ke luar negeri dan dapat
menunjukan prestasi dan kontribusi mereka secara riil di masyarakat, maka
secara tidak langsung kualitas dan kuantitas calon siswa/i yang berminat untuk
mendaftar akan meningkat. Tapi tentunya hal ini
harus didukung dengan sistem pendidikan internal yang baik. Sehingga akan
menghasilkan kesinambungan sumberdaya siswa/i dan alumni yang berkualitas, dan
memiliki daya juang yang tinggi.
Namun logika di
atas menjadi bermasalah ketika sistem pendidikan dan proses yang berjalan tidak
menumbuhkan militansi (daya juang) dalam hati peserta didik. Bahkan skala terburuknya logika diatas
menjadi pemicu kecemburuan serta pembatas
persahabatan antara siswa yang mampu mendapatkan beasiswa dengan mereka yang
tidak. Dan perlu kita ingat dan catat kalimat pertama di awal tulisan ini, bahwa sekolah adalah tempat asik untuk belajar dan menggali potensi
diri. Sehingga proses berjalannya pendidikan sangat berpengaruh dalam
menumbuhkan jiwa yang militan dan selalu ingin membanggakan almamaternya.
Juga pendidikan bukanlah berapa nilai yang didapat untuk lulus lalu
sukses, tapi bagaimana seseorang berproses menjadi manusia yang berarti (bermanfaat). Sebagaimana Rasulullah bersabda:
عن ابن عمر قال رسول الله صلى الله عليه وسلم «خير
الناس أنفعهم للناس» رواه الطبراني
جاء في شرح الجامع الصغير
جاء في شرح الجامع الصغير
Artinya: Dari ibnu umar rasulullah bersabda: “sebaik baik
manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain.”
Dan karena pendidikan tidak lah selalu diukur dengan nilai dan angka. Banyak hal dan prestasi di luar kelas yang memberikan pelajaran lebih daripada duduk di dalam kelas. Bahkan dalam
kehidupan nyata soft skill (kemampuan berinteraksi dan berinovasi(kreatifitas))
pun menjadi hal yang lebih dipertimbangkan dari ribuan nilai yang di dapat
seorang siswa di kelas.
Sehingga menurut penulis, sistem, proses pendidikan, prestasi
di luar kelas juga merupakan faktor penting untuk ditinjau dalam memilih satu
lembaga pendidikan untuk dititpi generasi penerus kita. sehingga mampu menjadi
khalifah(pemimpin) di bumi yang tidak terpaku pada nilai dan angka.
Allahu a’lam
bisshawaab
“Alumni ada
karena satu proses. Alumni sukses juga karena satu proses. Maka proses adalah
katalis pengikat alumni ketika pergi, bukan pergi untuk jadi barang komoditi”
Ditulis oleh: Najmuddiin Dliyaaulhaq (Angkatan 2012/ Kadiv
Pendidikan Ikatan Keluarga Alumni Muwahidun 2015-2017)
0 komentar:
Posting Komentar