WHAT'S NEW?
Loading...

Ketika Alumni Menjadi Barang Komoditi, Namun Pergi Tanpa Militansi



Sekolah adalah tempat asik penuh suka dan cita. Belajar berbagai hal menarik, bahkan menggali potensi diri untuk menjadi lebih berarti. Sehingga menentukan pilihan sekolah menjadi hal penting dalam kehidupan, terutama para orang tua. Maka tak jarang puluhan brosur, website bahkan sekolahan dikunjungi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fasilitas dan sistem pendidikan yang berjalan dalam satu lembaga pendidikan (sekolah). Namun ternyata banyak pula orang tua yang memiliki pandangan jauh ke depan sehingga memasukkan anaknya ke sekolah yang mampu menjadi batu loncatan yang mudah untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan akhirnya suatu lembaga pendidikan (sekolah) menjadikan alumninya sebagai barang komoditi. Mencantumkan segala nama lulusan yang berhasil mendapat beasiswa di universitas unggulan, bahkan beasiswa ke luar negeri.
Memanglah benar alumni yang berprestasi dan memiliki kompetensi yang mumpuni dapat memainkan fungsi penting dalam membangun opini publik untuk menarik minat calon siswa baru. Dan secara logika hal ini pun dibenarkan, karena apabila alumni dari satu lembaga pendidikan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam mendapatkan beasiswa di universitas unggulan, besiswa pemerintah, bahkan beasiswa ke luar negeri dan dapat menunjukan prestasi dan kontribusi mereka secara riil di masyarakat, maka secara tidak langsung kualitas dan kuantitas calon siswa/i yang berminat untuk mendaftar akan meningkat. Tapi tentunya hal ini harus didukung dengan sistem pendidikan internal yang baik. Sehingga akan menghasilkan kesinambungan sumberdaya siswa/i dan alumni yang berkualitas, dan memiliki daya juang yang tinggi.
Namun logika di atas menjadi bermasalah ketika sistem pendidikan dan proses yang berjalan tidak menumbuhkan militansi (daya juang)  dalam hati peserta didik. Bahkan skala terburuknya logika diatas menjadi  pemicu kecemburuan serta pembatas persahabatan antara siswa yang mampu mendapatkan beasiswa dengan mereka yang tidak. Dan perlu kita ingat dan catat kalimat pertama di awal tulisan ini, bahwa sekolah adalah tempat asik untuk belajar dan menggali potensi diri. Sehingga proses berjalannya pendidikan sangat berpengaruh dalam menumbuhkan jiwa yang militan dan selalu ingin membanggakan almamaternya. Juga pendidikan bukanlah berapa nilai yang didapat untuk lulus lalu sukses, tapi bagaimana seseorang berproses menjadi manusia yang berarti (bermanfaat). Sebagaimana Rasulullah bersabda:
 عن ابن عمر قال رسول الله صلى الله عليه وسلم «خير الناس أنفعهم للناس» رواه الطبراني 
جاء في شرح الجامع الصغير
Artinya: Dari ibnu umar rasulullah bersabda: “sebaik baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain.”
Dan karena pendidikan tidak lah selalu diukur dengan nilai dan angka. Banyak hal dan prestasi di luar kelas yang memberikan pelajaran lebih daripada  duduk di dalam kelas. Bahkan dalam kehidupan nyata soft skill (kemampuan berinteraksi dan berinovasi(kreatifitas)) pun menjadi hal yang lebih dipertimbangkan dari ribuan nilai yang di dapat seorang siswa di kelas.
Sehingga menurut penulis, sistem, proses pendidikan, prestasi di luar kelas juga merupakan faktor penting untuk ditinjau dalam memilih satu lembaga pendidikan untuk dititpi generasi penerus kita. sehingga mampu menjadi khalifah(pemimpin) di bumi yang tidak terpaku pada nilai dan angka.

Allahu a’lam bisshawaab

“Alumni ada karena satu proses. Alumni sukses juga karena satu proses. Maka proses adalah katalis pengikat alumni ketika pergi, bukan pergi untuk jadi barang komoditi”

Ditulis oleh: Najmuddiin Dliyaaulhaq (Angkatan 2012/ Kadiv Pendidikan Ikatan Keluarga Alumni Muwahidun 2015-2017)

0 komentar:

Posting Komentar