Fenomena jatuhnya
ratusan ribu liter kubik air dari angkasa luas atau yang lebih dikenal dengan
sebutan hujan adalah salah satu bentuk fenomena alam yang begitu lumrah terjadi
di negeri kita, Indonesia. Bahkan wilayah tempat kita bernanung saat ini,
begitu masyhur dengan julukan kota hujan, karena intensitas air hujan yang
begitu melimpah setiap tahunnya.
Selain basah dan
hawa segar yang ditebarkan setelah rinai hujan menitik ke bumi. Hujan juga
selalu bisa membawa gagasan dan inspirasi bagi para pecinta seni. Sebut saja
Sapardi Djoko Samono, Gus Candra maupun penulis anyar yang sedang naik daun,
Tere Liye yang telah mengabadikan hujan dalam beberapa karya fenomenalnya.
Begitu dahsyatnya peristiwa alam yang satu ini.
Namun tahukah
bahwa fenomena yang termat lazim tersebut, memiliki proses alam yang begitu
rumit?
Diawali dari
proses penguapan air laut ke angkasa, yang kemudian berkumpul dalam satuan
jumlah tertentu menjadi awan-awan yang melayang bersih di udara. Apabila uap
air di dalam awan tersebut telah mencapai titik jenuh, maka selanjutnya ia akan
berkondensasi menjadi air yang kemudian dijatuhkan ke bumi sebagai air hujan.
Proses ilmiah
terjadinya hujan sebagaimana yang telah diswbutkan di atas, telah dijelaskan
dalam Al-Quran Surat Ar-Ra’d ayat 13-17. Maha Besar Allah yang telah
berkehendak untuk menciptakan zat liquid yang begitu penting bagi kehidupan
makhlukNya.
Lantas bagaimana
Islam memaknai hujan di dalam Al-Qur’an?
Allah berfirman
dalam Surat Qaaf ayat 9-11, yang artinya:
“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya
lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang
diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang
bersusun-susun, untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan
dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.”
Di dalam ayat
tersebut dijelaskan bahwa hujan merupakan suatu rizqi yang Allah anugerahkan
bagi seluruh makhlukNya.
Bagaimana air dari
titik hujan tersebut dapat menumbuhkan biji-biji padi hingga menjadi
bulir-bulir sumber nafkah bagi kehidupan keluarga petani. Lalu dari padi-padi
itu, manusia bisa melangsungkan aktivitasnya setelah mengolahnya menjadi nasi.
Dari berbagai aktivitas manusia tersebut, dihasilkan beragam produk, jasa
maupun layanan yang begitu bermanfaat dan saling bersinergi demi keseimbangan
umat.
Betapa besar peran
setitik air hujan bila kita bisa memaknai secara mendalam.
Lalu.. apakah
hanya karena motor dan mobil yang baru saja kita cuci, sepatu yang baru disemir
rapi, lantas kita berhak mencaci sumber rahmat yang teramat besar dari Ilahi?
“Hitunglah berapa banyak rintik hujan yang menitik ke
bumi, maka sebanyak itu pula rahmat Allah yang menghujani”
Wallahu
Ta’ala A’lam
Ditulis oleh: Nurul Q (Mahasiswi
Jurusan PGMI UIKA Bogor- Alumni Ponpes Muwahidun ke-6)
0 komentar:
Posting Komentar