Sebagai seorang muslim, tentu kita familiar dengan lafadz
'Insyaallah' serta makna yang terkandung di dalamnya. Lafadz ini, dipakai saat
mengucap janji atau saat merencanakan sesuatu di masa depan. Namun, dewasa ini
sebagian umat muslim sudah enggan mengucapkannya. Bahkan, ketika ada yang
mengucapkannya banyak pendengar yang merasa tidak suka.
Hal ini, pernah dialami oleh penulis sendiri. Suatu ketika,
Saya pernah berjanji dengan mengucap 'Insyaallah', lalu orang yang kuberi janji
menjawab "Janganlah 'insyaallah'lah
aku beneran ini."
Begitulah, lafadz yang begitu agung ini mulai dianggap
sebagai lafadz pengganti bagi kata 'Tidak' saat berjanji.
Hal tersebut, terjadi bukan tanpa sebab. Orang yang berjanji
dan tidak besungguh-sungguh atau ragu dengan janjinya kebanyakan akan mencari
aman dengan mengucap 'insyaallah'.
Misalkan, jika kita diajak teman ke suatu tempat dan merasa
malas atau tidak ingin datang, maka kita akan menolak secara halus dengan
mengucap 'insyaallah'.
Sehingga, pada akhirnya orang yang diberi janji tidak akan
percaya lagi dengan lafadz tersebut. Padahal, Allah memerintahkan
mengucapkan 'Insyaallah' dan melarang kita untuk tidak mengucapkanya
saat berjanji. Dan apabila sudah terlanjur
tidak mengucapkan karena lupa maka boleh diucapkan saat ingat.
Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada
Nabi tentang kisah Ashabul Kahfi dan Zulqarnain. Lalu nabi menjawab,
"Datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan." Namun, Rasulullah
tidak mengucap 'Insyaallah'. Dan apa yang terjadi?
Hingga esok harinya, Allah tidak menurunkan wahyu tentang
dua kisah tersebut sehingga Nabi tidak bisa menjawab pertanyaan dari
orang-orang Quraisy.
Lalu, Allah menurunkan surat Al Kahfi ayat 23 dan 24 untuk
memberi pelajaran kepada Nabi dan kita semua tentang pentingnya mengucap
'insyaallah' ketika berjanji melakukan sesuatu di masa depan.
...dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “In sya' Allah” dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.”
(Surat Al Kahfi :23-24)
...dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “In sya' Allah” dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.”
(Surat Al Kahfi :23-24)
Lalu, bagaimana jika dikaitkan dengan kondisi saat ini di
mana orang sudah menganggap pengucapan 'insyaallah' sebagai ketidakseriusan
dalam berjanji?
Yang bisa dilakukan saat ini, adalah membenahi diri. Bagi
pengucap lafadz ini, jangan jadikan sebagai kedok dari kata tidak atau malas.
Tapi, bersungguh-sungguhlah untuk menepati janji. Sehingga, bagi pendengar
tidak akan berpikiran negatif lagi saat diberi janji.
Jadi, jangan ragu lagi ya untuk mengucapkanya dan saat
mendengarnya.
***
Ditulis Oleh Faza Fauzana, untuk ikamu-muwahidun.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar