WHAT'S NEW?
Loading...

IBADAH (BAGIAN 2)

Oleh : Hamzah (Alumni Angkatan 6)
(tulisan ini banyak disarikan dari Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad Atho Shufi dan At-Tauhid Al-Muyassar-pdf,oleh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail)
Kesempurnaan suatu ibadah bergantung pada rukunnya. Jika semua rukun terpenuhi, sempurnalah ibadahnya. Dengan kata lain, ibadah yang dilakukan tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban atau menjalankan sunnah saja, namun memang benar-benar dilakukan dengan ihsan untuk mendekatkan diri kepada Allah U.

RUKUN-RUKUN IBADAH
Para ulama’ mengatakan;
(مَنْ عَبَدَ اللهَ بِالْحُبِّ وَحْدَهُ فَهُوَ زِنْدِيْقٌ، وَمَنْ عَبَدَ اللهَ بِالرَّجَاءِ وَحْدَهُ فَهُوَ مُرْجِئٌ، وَمَنْ عَبَدَ اللهَ بِالْخَوْفِ وَحْدَهُ فَهُوَ حَرُوْرِيٌّ، وَمَنْ عَبَدَهُ بِالْحُبِّ وَالْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ مُوَحِّدٌ)
“barang siapa menyembah Allah hanya dengan hubb (rasa cinta) saja maka ia zindiq, barang siapa menyembah Allah hanya dengan roja’ (berharap) saja maka ia murjiah (madzhab yang meyakini bahwa dosa tidak berpengaruh pada iman), barang siapa menyembah Allah hanya dengan khouf (rasa takut) saja, maka ia haruriah (sekte khowarij yang mempunyai keyekinan-keyakinan batil, diantaranya menghukumi syariat dengan akal), dan barang siapa menyembah Allah dengan hubb, roja’, dan khouf, maka ia adalah seorang mukmin yang bertauhid” (Al-‘Ubudiyyah-pdf, hal. 99-100, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah)
1.        Mahabbah (cinta)
Mahabbah berarti cinta kepada Allah U, artinya mendahulukan kehendakNya atas segala sesuatu. (Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, hal. 97 oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad Atho Shufi)
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah -semoga Allah U merahmatinya- mengatakan, “telah kami paparkan bahwasannya mahabbatullah adalah mencintaiNya dan mencintai apa yang dicintaiNya, sebagaimana terdapat dalam Shohih Bukhori dan Muslim, dari Nabi r bahwasannya Beliau r bersabda;
(ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ : مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَمَنْ كَانَ يَكْرَهُ أَنْ يَرْجِعَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ الله مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ)
Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman : dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka (Al-‘Ubudiyyah-pdf, hal. 97 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah) 
Mahabbah (cinta kepada Allah U) mempunyai dua tanda, yaitu :
1.      Ittiba’ur Rasul (mencontoh Rasul)
Allah berfirman ;
(قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ)
“katakanlah (Muhammad), ‘jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu.....’” (QS Ali Imran : 31)
2.      Al-Jihadu fi Sabilillah U (jihad di jalan Allah U)
Allah berfirman ;
(قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ)
“katakanlah, ‘jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah  memberikan keputusanNya......” (QS At-Taubah : 24)
Ada empat macam mahabbah :
1.    Mahabbah Ibadah, yaitu mencintai Allah dan mencintai apa yang dicintai oleh Allah U.
2.      Mahabbah Syirik, yatu mencintai, tunduk dan mengagungkan selain Allah U.
3.      Mahabbah Maksiat, yaitu seperti mencintai bid’ah dan hal-hal yang haram.
4.     Mahabbah Thobi’i (wajar/tabiat), seperti mencintai anan-anak dan keluarga secara wajar. (At-Tauhid Al-Muyassar-pdf, hal. 56 karya Abdullah bin Ahmad Al-Huwail)
Adakalanya seorang hamba butuh usaha untuk memaksa dirinya agar hatinya penuh dengan kecintaan kepadaNya. Sebab, bila hal itu terwujud maka manusia akan selalu dalam kebaikan. Rasulullah r  berdo’a :
((اللّهُمَّ إِنِّيْ أسْألُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إلَى حُبِّكَ))
“Ya Allah, aku meminta kepadaMu kecintaanMu, kecintaan orang-orang yang mencintaiMu, dan kecintaan terhadap amalan yang bisa mendekatkan kepada kecintaanMu.” (HR at-Tirmidzi, dikutip dari majalah Al-Furqon Edisi 8 Tahun ke-14, hal.54)

2.        Roja’ (berharap)
Roja’ adalah mengharapkan pahala, rahmat dan ampunan dari Allah U. Hamba yang taat lagi rajin beribadah berharap agar ibadahnya diterima dan diganjar oleh Allah U, sedangkan hamba yang bertaubat mengharapkan rahmat dan ampunan Allah U dari segala dosa. Begitu pula, hendaknya seorang hamba senantiasa berharap kepada Allah U tanpa berputus asa dariNya, Allah U berfirman dalam surat Yusuf ayat 87;
(إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ )
“sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir” (Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, hal. 99 oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad Atho Shufi)
Roja’ ada tiga macam :
1.      Roja’ Ibadah, yaitu roja’ (berharap) hanya kepada Allah U, roja’ jenis ini dibagi menjadi dua :
1.  Roja’ Mahmudah (terpuji), yaitu harapan yang disertai amalan dan ketaatan kepada Allah U.
2.  Roja’ Madzmumah (tercela), yaitu harapan kosong tanpa disertai usaha (angan-angan belaka).
2.   Roja’ Syirik, yaitu roja’ (berharap) sesuatu yang merupakan milik (kekhususan) Allah U semata kepada selain Allah U.
3.  Roja’ Thobi’i (tabiat/alami), yaitu harapan seseorang kepada orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai kemampuannya, misalnya perkataan seseorang, “aku harap kamu bisa hadir”. (At-Tauhid Al-Muyassar-pdf, hal. 60 karya Abdullah bin Ahmad Al-Huwail)
Roja’ dapat diperoleh dengan sebab-sebab berikut :
  •  Kesaksian terhadap keagungan Allah U, anugerah-anugerahNya dan kemurahanNya terhadap para hambaNya
  • Kesungguhan dan ketulusan dalam mengharapkan pahala dan anugerah Allah U
  • Senantiasa beramal solih dan berlomba-lomba dalam kebaikan. (Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, hal. 99 oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad Atho Shufi)


3.    Khouf (takut)
 Khouf adalah takutnya seorang hamba kepada Allah U jika Allah U menghukumnya dengan suatu hukuman yang disegerakan atau diakhirkan, dan takut kepada ancaman Allah U berupa siksa dan adzab bagi para pelaku maksiat di akhirat. Allah U berfirman :
ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ 
“yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (menghadap) ke hadiratKu dan takut akan ancamanKu” (QS Ibrohim : 14)
Khouf adalah tingkat keimanan yang paling tinggi selama tidak membuat seseorang berputus asa dari rahmat Allah U. (Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, hal. 100 oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad Atho Shufi)
Hukum khouf ada empat macam :
1.      Syirik Besar, yaitu takut kepada selain Allah U dalam perkara yang hanya mampu dilakukan oleh Allah U.
2.      Haram, yaitu meninggalkan kewajiban atau melakukan sesuatu yang haram karena takut pada manusia.
3.    Jaiz (boleh), yaitu ketakutan yang wajar, seperti takut dengan singa dan pemimpin yang kejam.
4.      Ibadah, yaitu takut hanya kepada Allah U.
Takut kepada Allah U dibagi dua :
1.  Terpuji, yaitu melakukan segala kewajiban dan meninggalkan hal yang haram karena takut bermaksiat kepada Allah U.
2.    Tercela, yaitu takut yang membuat seorang hamba berputus asa dari rahmat Allah U. (At-Tauhid Al-Muyassar-pdf, hal. 58-59 karya Abdullah bin Ahmad Al-Huwail)
Kurangnya rasa takut pada diri seorang hamba disebabkan karena ia kurang mengenal Rabbnya. Orang yang paling mengenal Allah U adalah orang yang paling takut kepadaNya. (Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, hal. 101 oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad Atho Shufi)
Allah U berfirman :
(إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ)
“diantara hamba-hamba Allah yang takut kepadaNya hanyalah para ulama” (QS Fathir : 28)
Betapa indahnya jika seorang hamba senantiasa takut kepada Allah U baik ketika bersama orang lain atau ketika sedang sendirian, karena Allah U menjanjikan pahala yang sangat besar dan agung bagi hamba yang senantiasa takut kepadaNya, Allah U berfirman :
(وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ)
“dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga ” (QS Ar-Rahman : 46)
Itulah sedikit dari penjelasan mengenai rukun-rukun ibadah. Semoga paparan yang ringkas ini bisa meneguhkan kita di atas jalan yang haq.


Akhirnya, kami memohon kepada Allah Y dengan asma-asmaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang luhur agar senantiasa memperbaiki amal ibadah kita dan juga menganugrahkan kepada kita semua ihsan dan kekhusyukan dalam beribadah. Dan semoga Allah Y selalu memberikan taufiq kepada kita semua kaum muslimin agar menjalankan amal ibadah dengan sebagus dan sesempurna mungkin. Wallahu a’lam bishshowab

0 komentar:

Posting Komentar