Oleh
: Hamzah (Alumni Angkatan 6)
(tulisan
ini banyak disarikan dari Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, oleh syaikh Abdul
Qodir bin Muhammad Atho Shufi dan At-Tauhid
Al-Muyassar-pdf,oleh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail)
Kesempurnaan suatu ibadah bergantung pada rukunnya. Jika semua
rukun terpenuhi, sempurnalah ibadahnya. Dengan kata lain, ibadah yang dilakukan
tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban atau menjalankan sunnah saja, namun memang
benar-benar dilakukan dengan ihsan untuk
mendekatkan diri kepada Allah U.
RUKUN-RUKUN
IBADAH
Para ulama’ mengatakan;
(مَنْ
عَبَدَ اللهَ بِالْحُبِّ وَحْدَهُ فَهُوَ زِنْدِيْقٌ، وَمَنْ
عَبَدَ اللهَ بِالرَّجَاءِ وَحْدَهُ فَهُوَ مُرْجِئٌ، وَمَنْ عَبَدَ اللهَ بِالْخَوْفِ
وَحْدَهُ فَهُوَ حَرُوْرِيٌّ، وَمَنْ عَبَدَهُ بِالْحُبِّ وَالْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ
فَهُوَ مُؤْمِنٌ مُوَحِّدٌ)
“barang siapa
menyembah Allah hanya dengan hubb (rasa cinta) saja maka ia zindiq,
barang siapa menyembah Allah hanya dengan roja’ (berharap) saja maka ia murjiah
(madzhab yang meyakini bahwa dosa tidak berpengaruh pada iman), barang
siapa menyembah Allah hanya dengan khouf (rasa takut) saja, maka ia haruriah
(sekte khowarij yang mempunyai keyekinan-keyakinan batil, diantaranya
menghukumi syariat dengan akal), dan barang siapa menyembah Allah dengan hubb,
roja’, dan khouf, maka ia adalah seorang mukmin yang bertauhid” (Al-‘Ubudiyyah-pdf, hal. 99-100, oleh Syaikhul Islam
Ibnu Taymiyah)
1.
Mahabbah (cinta)
Mahabbah berarti cinta kepada Allah U, artinya mendahulukan kehendakNya atas segala sesuatu. (Al-Mufid
Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, hal. 97 oleh syaikh Abdul Qodir bin
Muhammad Atho Shufi)
Syaikhul
Islam Ibnu Taymiyah -semoga Allah U merahmatinya- mengatakan, “telah kami paparkan bahwasannya mahabbatullah
adalah mencintaiNya dan mencintai apa yang dicintaiNya, sebagaimana terdapat dalam
Shohih Bukhori dan Muslim, dari Nabi r bahwasannya Beliau r bersabda;
(ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ
فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ : مَنْ كَانَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا
يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَمَنْ كَانَ يَكْرَهُ أَنْ يَرْجِعَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ
إِذْ أَنْقَذَهُ الله مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ)
“Tiga perkara yang
apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman : dijadikannya
Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang,
dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada
kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka”
(Al-‘Ubudiyyah-pdf, hal. 97 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah)
Mahabbah (cinta kepada
Allah U)
mempunyai dua tanda, yaitu :
1.
Ittiba’ur
Rasul (mencontoh Rasul)
Allah
berfirman ;
(قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ)
“katakanlah
(Muhammad), ‘jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan
mencintaimu.....’” (QS Ali Imran : 31)
2.
Al-Jihadu
fi Sabilillah U (jihad
di jalan Allah U)
Allah
berfirman ;
(قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا
أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا
حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ)
“katakanlah, ‘jika
bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah
dan RasulNya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya......” (QS At-Taubah
: 24)
Ada empat macam mahabbah :
1. Mahabbah
Ibadah, yaitu mencintai Allah dan mencintai apa yang dicintai oleh
Allah U.
2.
Mahabbah
Syirik, yatu mencintai, tunduk dan mengagungkan selain Allah U.
3.
Mahabbah
Maksiat, yaitu seperti mencintai bid’ah dan hal-hal yang haram.
4. Mahabbah
Thobi’i (wajar/tabiat), seperti mencintai anan-anak dan keluarga
secara wajar. (At-Tauhid Al-Muyassar-pdf, hal. 56 karya Abdullah bin
Ahmad Al-Huwail)
Adakalanya
seorang hamba butuh usaha untuk memaksa dirinya agar hatinya penuh dengan
kecintaan kepadaNya. Sebab, bila hal itu terwujud maka manusia akan selalu
dalam kebaikan. Rasulullah r berdo’a :
((اللّهُمَّ إِنِّيْ أسْألُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ
مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إلَى حُبِّكَ))
“Ya Allah, aku meminta
kepadaMu kecintaanMu, kecintaan orang-orang yang mencintaiMu, dan kecintaan
terhadap amalan yang bisa mendekatkan kepada kecintaanMu.” (HR at-Tirmidzi, dikutip
dari majalah Al-Furqon Edisi 8 Tahun ke-14, hal.54)
2.
Roja’ (berharap)
Roja’ adalah
mengharapkan pahala, rahmat dan ampunan dari Allah U. Hamba yang
taat lagi rajin beribadah berharap agar ibadahnya diterima dan diganjar oleh
Allah U,
sedangkan hamba yang bertaubat mengharapkan rahmat dan ampunan Allah U dari segala
dosa. Begitu pula, hendaknya seorang hamba senantiasa berharap kepada Allah U tanpa berputus
asa dariNya, Allah U berfirman dalam surat Yusuf ayat 87;
(إِنَّهُ
لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ )
“sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah
orang-orang yang kafir” (Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf,
hal. 99 oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad Atho Shufi)
Roja’ ada tiga macam :
1.
Roja’ Ibadah, yaitu roja’ (berharap) hanya kepada Allah U, roja’
jenis ini dibagi menjadi dua :
1. Roja’ Mahmudah (terpuji), yaitu harapan yang disertai amalan dan
ketaatan kepada Allah U.
2. Roja’ Madzmumah (tercela), yaitu harapan kosong tanpa disertai
usaha (angan-angan belaka).
2. Roja’ Syirik, yaitu roja’ (berharap) sesuatu yang merupakan milik
(kekhususan) Allah U semata kepada selain Allah U.
3. Roja’ Thobi’i (tabiat/alami), yaitu harapan seseorang kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai kemampuannya, misalnya perkataan seseorang, “aku
harap kamu bisa hadir”. (At-Tauhid Al-Muyassar-pdf, hal. 60 karya
Abdullah bin Ahmad Al-Huwail)
Roja’ dapat diperoleh dengan sebab-sebab berikut :
- Kesaksian terhadap keagungan Allah U, anugerah-anugerahNya dan kemurahanNya terhadap para hambaNya
- Kesungguhan dan ketulusan dalam mengharapkan pahala dan anugerah Allah U
- Senantiasa beramal solih dan berlomba-lomba dalam kebaikan. (Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, hal. 99 oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad Atho Shufi)
3. Khouf (takut)
Khouf adalah takutnya
seorang hamba kepada Allah U jika Allah U menghukumnya dengan suatu hukuman yang disegerakan atau
diakhirkan, dan takut kepada ancaman Allah U berupa siksa dan adzab bagi para pelaku maksiat di akhirat. Allah U berfirman :
ذَلِكَ
لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ
“yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut
(menghadap) ke hadiratKu dan takut akan ancamanKu” (QS Ibrohim : 14)
Khouf adalah tingkat
keimanan yang paling tinggi selama tidak membuat seseorang berputus asa dari
rahmat Allah U. (Al-Mufid
Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, hal. 100 oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad
Atho Shufi)
Hukum khouf ada empat macam :
1.
Syirik
Besar, yaitu takut kepada selain Allah U dalam perkara yang hanya mampu dilakukan oleh Allah U.
2.
Haram,
yaitu meninggalkan kewajiban atau melakukan sesuatu yang haram karena takut
pada manusia.
3. Jaiz
(boleh), yaitu ketakutan yang wajar, seperti takut dengan singa dan
pemimpin yang kejam.
4.
Ibadah,
yaitu takut hanya kepada Allah U.
Takut kepada Allah U dibagi dua :
1. Terpuji,
yaitu melakukan segala kewajiban dan meninggalkan hal yang haram karena takut
bermaksiat kepada Allah U.
2. Tercela,
yaitu takut yang membuat seorang hamba berputus asa dari rahmat Allah U. (At-Tauhid
Al-Muyassar-pdf, hal. 58-59 karya Abdullah bin Ahmad Al-Huwail)
Kurangnya rasa takut pada diri seorang hamba disebabkan karena ia
kurang mengenal Rabbnya. Orang yang paling mengenal Allah U adalah orang
yang paling takut kepadaNya. (Al-Mufid Fi Muhimmaatit Tauhid-pdf, hal. 101
oleh syaikh Abdul Qodir bin Muhammad Atho Shufi)
Allah U
berfirman :
(إِنَّمَا
يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ)
“diantara hamba-hamba Allah yang takut kepadaNya hanyalah para
ulama” (QS Fathir : 28)
Betapa indahnya jika seorang hamba senantiasa takut kepada Allah U baik ketika
bersama orang lain atau ketika sedang sendirian, karena Allah U menjanjikan
pahala yang sangat besar dan agung bagi hamba yang senantiasa takut kepadaNya,
Allah U
berfirman :
(وَلِمَنْ
خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ
جَنَّتَانِ)
“dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua
surga ” (QS Ar-Rahman : 46)
Itulah sedikit dari penjelasan mengenai rukun-rukun ibadah. Semoga paparan
yang ringkas ini bisa meneguhkan kita di atas jalan yang haq.
Akhirnya, kami memohon kepada Allah Y dengan asma-asmaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang luhur agar
senantiasa memperbaiki amal ibadah kita dan juga menganugrahkan kepada kita
semua ihsan dan kekhusyukan dalam beribadah. Dan semoga Allah Y selalu
memberikan taufiq kepada kita semua kaum muslimin agar menjalankan amal ibadah
dengan sebagus dan sesempurna mungkin. Wallahu a’lam bishshowab
0 komentar:
Posting Komentar